Selasa, 04 Oktober 2011

EFISIENSI PASAR DAN PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA

EFISIENSI PASAR DAN PERKEMBANGAN
PASAR MODAL DI INDONESIA
ARTIKEL | 8 Maret 2011 |

Pasar modal mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian suatu negara. Dalam hal ini, pemerintah berupaya untuk meningkatkan peran pasar modal karena dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha. Suatu pasar modal akan berperan secara optimal apabila pasar modal itu efisien. Pasar yang efisien adalah jika informasi yang tersedia di pasar diserap dalam harga saham saat ini dengan cara yang cepat dan tepat, jika informasi yang diterima adalah random maka harga saham akan berubah secara random pula. Perubahan harga di masa mendatang hanya tergantung dari datangnya informasi baru di masa mendatang yang tidak diketahui sebelumnya. Perubahan harga terjadi dengan sangat cepat sehingga tidak memungkinkan untuk dieksploitasi. Karena informasi baru datangnya tidak bisa diduga, maka perubahan harga pun tidak bisa diduga.
Pasar modal efisien jika harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang ada. Dalam pengujian efisiensi pasar terdapat tiga kategori bentuk pasar yang efisien. Pertama, efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficient), yaitu keadaan pada saat harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga di masa lalu. Jadi informasi masa lalu tidak dapat memprediksi harga saham yang akan datang karena harga masa lalu sudah tercermin pada harga saham saat ini . Pengujian hipotesis pasar efisien bentuk lemah dapat dilakukan dengan pengujian prediktabilitas return dengan menggunakan berbagai cara, yaitu pengujian pola return (harian, mingguan, bulanan), pengujian prediktabilitas return jangka pendek dan jangka panjang, dan pengujian hubungan  return dengan karakteristik perusahaan.
Kedua, efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form efficient), yaitu keadaan yang tidak hanya mencerminkan harga-harga di waktu lalu, tetapi juga semua informasi yang dipublikasikan. Dengan kata lain pemodal tidak dapat memperoleh keuntungan di atas normal dengan memanfaatkan informasi publik. Para peneliti telah menguji keadaan ini dengan melihat peristiwa-peristiwa tertentu seperti penerbitan saham baru, pengumuman laba dan dividen, perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan praktek-praktek akuntansi, merger, divestasi, dan sebagainya. Kebanyakan informasi ini dengan cepat dan tepat dicerminkan dalam harga saham. Pengujian hipotesis efisiensi pasar bentuk setengah kuat dapat dilakukan dengan pengujian event studies yaitu penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas.
Ketiga, efisiensi pasar  bentuk kuat (strong form efficient), yaitu keadaan harga tidak hanya mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga semua informasi yang bisa diperoleh dari analisis fundamental tentang perusahaan dan perekonomian dan informasi-informasi lain yang tidak dipublikasikan. Pengujian hipotesis efisiensi pasar bentuk kuat dapat dilakukan dengan pengujian private information yaitu pengujian yang meliputi apakah pihak insider (insider trading = direktur, manajer, karyawan atau pemegang saham yang dapat mendapatkan informasi yang sesungguhnya)  perusahaan dan kelompok investor tertentu yang dianggap mempunyai akses informasi lebih baik, dapat memperoleh return abnormal dibandingkan dengan return pasar umumnya.
Implikasi dari tingkatan bentuk efisiensi pasar adalah adanya analisis-analisis yang dilakukan oleh para analis saham. Terdapat dua macam analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal, investor pada dasarnya percaya bahwa pergerakan harga saham di masa datang bisa diprediksi dari data pergerakan harga saham di masa lampau. Sehingga, investor akan bergantung pada informasi masa lalu untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Pada analisis fundamental, investor menganalisis saham dengan cara mengestimasi nilai intrinsik saham berdasar informasi fundamental yang telah dipublikasikan perusahaan (seperti laporan keuangan,perubahan dividen, dan lainnya) untuk menentukan keputusan menjual atau membeli saham.
Pada saat investor ingin mengambil keputusan tentang investasi tentu saja investor tersebut membutuhkan informasi tentang saham itu sendiri. Perubahan harga saham dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh banyak faktor. Banyak informasi yang secara cepat mampu merubah harga saham yang ada, misalnya perubahan suku bunga Bank Indonesia, laporan keuangan emiten, isu-isu yang ditimbulkan oleh fund manager, besarnya inflasi, kinerja perusahaan dan pengumuman dividen. Informasi tersebut dapat berakibat pada meningkatnya harga saham bahkan dapat menurunkan harga saham. Seperti yang terjadi beberapa pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami keterpurukan. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, terpuruknya IHSG dikarenakan hengkangnya investor asing. Ada fund investor asing yang menyebarkan isu negatif mengenai harga saham Indonesia yang terus meningkat. Sehingga investor asing menarik dirinya dari saham Indonesia untuk berpindah ke saham asing yang lebih menjanjikan yaitu saham-saham perusahaan maju sperti Amerika Serikat dan negara-negara lain yang menjanjikan  seperti Meksiko. Selain menguntungkan, saham di  negara maju ini jauh lebih murah. Dengan tersedianya informasi yang layak maka harga saham dapat berubah dengan cepat sejalan dengan kecepatan masuknya informasi. Penyesuaian harga saham yang cepat terhadap informasi baru akan mempengaruhi tingkat hasil yang diharapkan oleh investor, sehingga akan membantu investor dalam memutuskan bentuk strategi investasinya agar dananya dapat teralokasi secara efisien.
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia sudah sangat baik, sepanjang tahun 2007 Indeks Harga Saham Gabungan terus meningkat meskipun jumlah aliran dana dari pemodal asing cenderung naik turun. Dalam nominasi USD sepanjang 2009, BEI menguat sebesar 123,4% atau 83,4% dalam IDR hingga level 2.614. Sehingga pada tahun 2009, pasar modal Indonesia dinobatkan menjadi pasar modal terbaik di Asia 2009. Hal tersebut memancing investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan baik pada tahun 2010. Hal tersebut memberikan persepsi risiko investasi di Indonesia terus membaik di mata investor asing. Namun pada awal tahun 2011 ini, masih ada saja isu-isu negatif yang berimbas pada keluarnya investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Mereka lebih memilih untuk berinvestasi di pasar regional. Hal tersebut tidak sepenuhnya melemahkan saham Indonesia karena Indonesia masih memiliki faktor lain yang dapat menarik investor asing, yaitu faktor perkebunan dan pertambangan  yang masih menjadi primadona karena berpeluang bangkit dan menaikkan indeks. Bahkan pada bulan April 2007 telekomunikasi juga memicu naiknya indeks saham.
Selain itu, untuk terus meningkatkan investor asing untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia, harus dilakukan pengawasan secara terus menerus terhadap pasar modal Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan para investor. Bapepam-LK selaku pengawas pasar modal perlu melakukan srategi-stategi pengawasan yang baik. Pengawasan yang lebih strategis dilakukan oleh Bapepam-LK melalui berbagai peraturan yang diberlakukan bagi para pelaku pasar modal untuk mencegah tindakan kriminal “pemilik” (frauding) perusahaan sekuritas terhadap dana dan aset para nasabahnya sendiri. Program ini diyakini dapat meningkatkan kepercayaan investor kepada pasar modal Indonesia sehingga menciptakan rasa aman yang lebih tinggi dan menarik investor asing untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.
Indonesia diharapkan mampu untuk terus menjadi salah satu kekuatan ekonomi regional maupun global. Untuk terus mempertahankan itu dan terus meningkatkan kekuatan ekonominya, Indonesia harus terus membangun daya saing dan efisiensi pasar modalnya. Penguatan sektor moneter maupun riil harus dilakukan dengan seimbang melalui strategi-strategi investasi yang lebih komprehensif dan terarah.

DAFTAR PUSTAKA
Jawa Pos. 14 Februari 2011.
Jawa Pos. 17 Februari 2011.
Jawa Pos. 2 Maret 2011.
Jawa Pos. 21 Februari  2011.
Jawa Pos. 5 Februari 2011.
Moudy Hermawan dan Heru Subiayantoro. 2006. Jurnal  Keuangan Publik. Pengujian Pasar Efisien Bentuk Lemah pada pasar Modal di Indonesia : Sebuah Catatan Empiris.
Warta BAPEPAM-LK. Edisi Th. I/06 – Juni 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar